La Douleur Exquise #3

source: devianart/dragon knight by jsek


"Bagaimana jika seseorang yang kau kira adalah pangeran berkuda putih, nyatanya juga adalah seorang ksatria berperisai yang berani mengalahkan seekor naga untukmu?" 

Pertanyaan itu aneh. Entah apa yang terjadi pada gadis berkacamata itu. Aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik baginya. 

Malam ini ia tersesat dan seolah tak mengenali dirinya. Apakah lelaki cerdas itu masih mengganggu pikirannya? 

Kenapa halusinasinya menyeretnya sampai sejauh ini? Ada apa di depan sana hingga ia masih berpegang pada lelaki cerdas itu? Mengapa ia mempertahankan lara hatinya? Persetan dengan la douleur exquise yang dipercayainya. Bagiku, ia hanya menghabiskan waktu dan menutup segalanya.

Hentikan! Hentikanlah!

***

"Pada suatu waktu nanti, aku akan berhenti."

Gadis itu membetulkan kacamata yang melorot dari batang hidungnya yang merah, Ia baru saja menangis. Entah untuk keberapa kalinya. Dan lagi, itu karena dia, lelaki cerdas itu.

Pada setiap sisi, orang akan menyalahkan perasaan yang ia percayai dengan baik telah dipendamnya. Ia menyembunyikan segala rasa yang menyeruak; setidaknya meminta terlihat. Berkali membodohi dirinya dengan mengatakan, "Aku tidak jatuh cinta, hanya mengagumi."

Padahal ia paling paham, kekaguman itu adalah akarnya. Akar itu mungkin sudah menancap tajam di hatinya hingga ia bisa merasakan cemburu. Bisa menangisi rindu. Dan semua hanya berarah pada satu; kehampaan. Lelaki cerdas itu takkan pernah ada untuk membantunya mengatasi efek samping yang paling gila dari jatuh cinta itu.

"Aku tak memintanya untuk menjadi milikku. Takkan pernah!"

Berulang kali ia mengucap itu seolah telinganya tak mendengar. Ia hanya ingin setiap kata itu mencabut akar-akar yang seharusnya tidak tumbuh. Ia tahu, suatu saat ia bisa kehilangan kendali.

Tapi aku paling paham; kehilangan kendali atas dirinya takkan menyebabkan siapapun terluka. Ia hanya akan menyalahi dirinya. Ia hanya akan tersungkur dan jatuh sendiri entah untuk berapa lama. Ia hanya akan menjadi dirinya yang tak berjiwa seolah kehidupannnya tercabut. Kalian akan lihat raganya tersenyum bahkan tertawa, namun semua hanyalah laga; pura-pura yang hampa. Agar dunia tidak khawatir.

Ia hanya akan mendengarkan lagu patah hati. Menuliskan semua yang ia rasa tanpa ada jeda. Ia akan menggila dengan kata-katanya. Kau akan membaca tulisan paling menyayat hati dan luka.

Sementara, lelaki yang membuat kacau dirinya; pergi. Meninggalkannya tanpa menoleh sekalipun padanya. 

Aku terbiasa melihat itu. Gadis berkacamata itu hanya akan merepetisi. Ia hanya akan menyakiti dan ia selalu lakukan itu sendiri.

***

"Dia seharusnya tidak boleh menjadi ksatria berperisai yang membunuh naga. Ia harus tetap menjadi pangeran berkuda putih. Dia seharusnya tetap diam saja di istananya. Jangan kemana-mana. Dia curang. Jika dia seperti ini, bagaimana aku mengakhirkan rasa? Dengan apa aku harus membencinya? Seharusnya dia tetap menjadi pangeran berkuda putih yang terlalu malas meninggalkan istananya. Dia tidak boleh menjadi ksatria berperisai yang membunuh naga dan menyelamatkan rakyat. Tidak! Ia tidak boleh menjadi pahlawan."

Gadis berkacamata itu meracau tak tentu. Ia seperti kebingungan.

Lelaki cerdas yang ia sedang definisikan sebagai pangeran berkuda putih, berubah menjadi ksatria berperisai yang membunuh naga. Plot yang berputar balik 180 derajat.

"Jika ia tetap menjadi pangeran berkuda putih, maka aku tak bisa menyentuhnya. Dia akan jauh dari jangkauanku, maka aku hanya mencukupkan diriku dengan memandangnya dari kejauhan. Jika ia ksatria berperisai, maka ia akan berada di sekitarku. Ia menjadi bercahaya karena ia menaklukan ketakutan dan membangun harapan. Ia tidak boleh menjadi ksatria berperisai. Karena ia menuju kesempurnaan, dan aku tak bisa menemukan cela untuk membencinya."

Suaranya tercekat. Gadis itu tampak sulit berkata. Matanya berkaca-kaca. 

Ternyata ia sesungguhnya mulai menanamkan benih benci. Cara terakhir yang ia tahu akan mematikan semua perasaannya. 

Sebentar lagi, aku yakin ia akan berdoa; agar Tuhan membuatnya hilang. Pergi jauh dari kehidupan lelaki cerdas itu. 

***

And I think I'm scared, do I talk too much

I know it's wrong, it's a problem I'm dealing...







LA/15042018


Komentar

Postingan Populer