I Don’t Love You*)







“Aku tidak mencintaimu. Dan aku tak bisa memberi alasan.”

“Kenapa?”

“Tidak ada alasan. Aku hanya tidak mencintaimu. Itu saja.”

Suasana menjadi hening. Di antara keduanya hanyalah mata yang berkata-kata. Sepasang mata hendak berurai airmata, sementara sepasang mata yang lain berusaha untuk tidak merasa bersalah.

“Jangan berharap aku akan meminta maaf atau meminta untuk dimaafkan karena aku tidak akan mengatakan itu padamu.”

Sepasang mata di hadapannya mulai tak mampu membendung airmatanya. Setetes demi setetes airmata mulai berurai. Sepasang mata itu hanya mampu memalingkan pandangan. Ia tak ingin melihat sepasang airmata yang kemerahan akibat tangis yang mulai berisakan.

Kemudian, sepasang mata itu mengerjap sebelum akhirnya memberanikan diri menatap sepasang mata di hadapannya. “Kau tahu meski kau berurai airmata, hatiku takkan tersakiti.”

Sepasang mata di hadapannya sembab. Si empunya mata mengusap seadanya airmata dan berusaha menahan buliran airmata lainnya berjatuhan. Ia tak ingin dianggap mengiba. Ia sudah paham kata-kata sepasang mata yang berkilauan dalam pandangannya yang bersembunyi di sebalik kacamata itu.

“Kau ‘kan sudah tahu; aku tidak mencintaimu. I don’t love you. I don’t love you.

***

Sepasang mata di sebalik kacamata itu tersenyum beriringan dengan senyum yang merekah di bibirnya. Sepasang mata teduh nan cantik di hadapannya membalas senyumnya dan sepasang mata polos juga riuh gembira menyambutnya. Ia lekas merangkul keduanya sambil membisikkan dengan hangat,

I love you. I love you.”

***


LA/19042018
*) Terinspirasi dari “I Don’t Love You” karya Urban Zakapa

Komentar

Postingan Populer