Letter for You (La Douleur Exquise End)



Duhai engkau,
Ketahuilah ini, aku pernah menyayangimu di suatu waktu; dalam diam. Aku bersembunyi karena aku tahu apa yang kurasakan ini adalah sebuah kesalahan. The biggest mistake I ever did.

Aku takkan menyalahkanmu. Takkan. Itu salahku sendiri. Membangun cinta semu sendiri. Karena itulah, aku takkan bertahan. Aku terlalu takut. Takut dunia akan menghancurkan setiap jalan yang kau retas hingga pada posisimu saat ini. Takut pada setiap mulut yang akan menghina jika mereka tahu. Takut pada dunia yang akan memandangku sinis. Takut dunia akan menyalahkan. Karena itu, aku bersembunyi. 

Kau harus hidup dengan baik dan berbahagia. Aku akan mendoakan. Kau sesungguhnya orang baik; sangat baik. Karena kebaikan itu, aku jatuh hati terhadapmu. Aku saja yang bodoh. Padahal mungkin kau tak merasakan apa-apa.

Aku yang kesepian jatuh pada kebaikanmu yang memang kau lakukan pada setiap orang. Maka akulah yang salah. Hari-hariku sejak detik pertama aku tahu jatuh hati hanya dipenuhi doa. Doa agar perasaanku tidak terlihat. Berdoa agar aku tidak melewati batas yang seharusnya. Berdoa agar aku tak mengganggu hidupmu. Berdoa agar tidak sedikitpun merusak apa yang telah kau bangun dengan susah payah. Berdoa agar aku tidak menyakiti siapapun kecuali diriku sendiri. 

Duhai engkau,
Malam ini kuputuskan untuk melepasmu sepenuhnya. Tidak perlu ada lagi gugup dan rindu. Meski menuliskan setiap kata ini diiringi bulir airmata yang entah mengapa tak mau berhenti.

Duhai engkau,
Terima kasih telah menjadi periuh kesepianku di suatu waktu. Terima kasih telah menyatakan mimpi-mimpi ala roman picisanku. Terima kasih telah datang sebagai pelupa kesendirianku. Terima kasih telah menghargai keberadaanku hingga aku tak lagi menilai rendah diriku.Terima kasih atas apa yang banyak kau ajarkan padaku. 

Ah, tuts di keyboard ini semakin buram. Entah mengapa airmataku tak mau berhenti. Ternyata aku banyak harus berterima kasih padamu. 

Akan kubalas segala kebaikanmu padaku dengan mendoakanmu. Juga menjauhimu. Aku harus berhenti. Inilah saatnya.

Berbahagialah, lara hatiku yang terdalam.
Tetaplah bercahaya, pangeran berkuda putih yang nyatanya adalah seorang ksatria berperisai.


Berbahagialah. Selalu.




Dengan cinta sampai pada kata terakhir,



Aku

Komentar

Postingan Populer