Ketika Aku Mengingatmu


Kau tahu, kisah cintaku adalah bagian yang paling menyebalkan dari cerita hidupku. Seingatku, cinta paling melekat dengan kegagalan dan kekecewaan. Padahal aku berharap dari cinta, aku bisa menemukanmu.

My love life is suck.

Aku hendak mengutuk, tapi untuk apa? Itu suratan takdirku.

Sebenarnya barangkali Rabb-ku ingin ketika kau tiba dalam hidupku, aku akan menghargai kedatanganmu. Atau Ia barangkali berkehendak membuatku mensyukuri ketika engkau datang. Mungkin pula nantinya Dia menginginkan aku melihat sebagai lelaki terbaik yang Ia pilihkan untukku.

Lalu, aku pun berulang kali bertanya: seberapa banyak kegagalan lagi yang harus kukecap sebelum menemuimu? Kau mungkin adalah hal tersulit yang pernah kudapatkan.

Mungkin kegagalan itu hukuman dari-Nya: karena aku menaruh harapan pada selainNya. Atau karena aku menaruh hati pada ia yang tak halal bagiku. Aku jera.

Aku sempat tak ingin berharap pada kedatanganmu. Lalu, aku mengingatmu, meski pada bukan hal yang romantis. Aku mengingatmu ketika aku meracik bumbu. Bertanya akankah suatu hari kau mencoba masakanku yang tak seberapa enak itu?

Aku mengingatmu setiap kali menunggu ojek online "menjemput" menuju stasiun yang kutuju. Lucu. Tapi aku bertanya-tanya akankah suatu saat kau yang akan menjemputku usai kita menyelesaikan pekerjaan kita masing-masing di kantor?

Aku mengingatmu pada kajian-kajian yang kuhadiri. Mungkinkah kita akan menghadiri kajian yang sama bersama?

Aku mengingatmu pada lembar-lembar buku yang kubaca. Adakah kau seseorang yang dapat kuajak membangun sebuah perpustakaan kecil bersama?

Aku mengingatmu dalam setiap sudut kamarku. Akankah kita tidur di kamar ini selepas kita menikah nantinya? Ah, bahkan aku mengingatmu pada hal-hal memalukan seperti itu.

Jika aku sebegini mengingatmu, apa kau tak jua ingin segera datang menjemputku?

Lalu, kini aku berpasrah. Aku akan tetap merepetisi mengingatmu. Sebagai bukti, aku rindu. Ya, barangkali aku sudah teramat rindu. Kerinduan yang membuatku menebak setiap sosok adalah kamu.

Sayang, mari kita saling berjanji, bila kita saling mengingat, mari kita berdoa. Meski dalam doa itu, kita belum saling menyebut nama.

LA/15102018

Komentar

Postingan Populer