THE HARDEST PART




"Seperti dia."

Kata-kata itu terucap dari bibirku. Penggambaran itu untuk sebuah tanya yang kerap ditanyakan mereka di sekitarku atas pertanyaan, "Seperti apa lelaki yang kau cari?".

Padahal sosoknya memiliki hal yang paling ku tak inginkan dari seorang lelaki; penghisap tembakau. Tetapi semua itu runtuh kala untuk pertama kalinya aku bertukar pikiran dengannya.

Pada sosoknya, ada kesederhanaan. Ia tidak rumit untuk kumengerti. Berbeda dengan lelaki kebanyakan yang kukenal rumit. Ia tak banyak menggambarkan dirinya sebaik itu di mata semua orang, termasuk di mataku. Kupikir ia arogan. Dan, ternyata tidak. Ia tidak mengubah citranya. Ia seolah tidak peduli dengan perkataan orang. Ya, dia tidak acuh dan aku yang kerap terpengaruh pada pandangan dunia merasa butuh lelaki seperti dia di sampingku. Ia yang bisa menutup telingaku untuk berhenti mendengarkan kata-kata orang lain.

Dan pada ketidakacuhannya itu, aku jatuh hati. Ia seolah tidak peduli, namun sesungguhnya, jika engkau mengenalnya ia sepeduli itu. Ia tak berkata untuk menunjukkan bahwa ia peduli, sikapnya mencerminkan kepedulian itu. Karena itulah, aku terpesona.

Ingin rasanya kusenandungkan untuknya, 

" I could be your secret pleasure. I could be your well wishing well. I could be your breath of life." (Donna Lewis, "I Could Be The One")

Tapi aku tak berkata seperti itu padanya. Butuh mengumpulkan keberanian jutaan cahaya lamanya jika kuingin menyenandungkan itu padanya. 

Ketika menemukan fakta bahwa ia adalah sosok yang kucari, maka aku mulai membenci diriku. Aku benci menempatkan dia yang sesungguhnya orang baik menjadi orang yang tidak baik. Aku benci harus menyimpan rindu sedalamnya, padahal aku ingin teriak berkata, "Sunggun aku kangen". Aku benci harus menyesali adanya perasaan untuknya. Aku benci harus menemukan pada bagian mana semuanya menjadi salah. Aku benci harus menyalahkan diriku. Dan segala benci itu harus kutelan sendiri.

Aku harus berhenti.

Aku tak mampu menyakiti banyak hati yang menyayangimu lebih dari aku. Hati yang lebih kau pilih untuk kau perjuangkan dan sayangi. Hati yang telah lebih dahulu kau ikat dalam mitsaqan ghaliza

Aku harus berhenti.

"Ya, tidak peduli seberapa keras aku mencoba, apa yang memang tidak bisa termiliki, tidak akan termiliki. Pada akhirnya, ini semua salahku. Berharap pada sesuatu yang tidak bisa kumiliki, justru membuatku mengasihani diriku. Aku bahkan tidak ada sebagai bayangan di matamu. Mari kita hentikan semua ini." (Roy Kim, "The Hardest Part")

Lalu, jika mereka masih bertanya sosok lelaki seperti apa yang aku inginkan, maafkan jika pada jawabanku nanti masih akan tergambar dirimu.  Tenanglah, hal itu akan berubah ketika Tuhan menghadirkan ia yang aku butuhkan. Kau adalah sosok yang paling kuinginkan, tapi yang dihadirkan Tuhan nantinya, tentu saja ia yang aku butuhkan.


LA/24091443

Komentar

Postingan Populer